Kembali

Penyebab Kenaikan Harga Properti Bisa Menjadi Tricky

26 October 2021

Properti merupakan salah satu produk investasi yang selalu diminati oleh sebagian besar kalangan masyarakat. Nilainya yang cenderung naik setiap tahunnya membuat investasi pada properti semakin digemari. Bahkan kalangan konglomerat yang menyadari bagusnya investasi properti ini kemudian menjadikannya sebagai satu instrumen untuk meningkatkan kekayaannya.

Nilai Properti Memiliki Sisi Lain

Seperti yang dinyatakan bahwa properti memang instrumen investasi yang nilainya yang hampir selalu naik setiap waktunya. Selain itu relatif stabilnya nilai properti pada gejolak inflasi membuat pemilik properti tidak ada yang menjualnya dengan harga yang sama atau lebih rendah dari harga beli.

Namun demikian menurut Ali Tranghanda selaku Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) mengatakan bahwa kenaikan nilai properti ini memiliki sisi lain yang perlu diperhatikan khususnya kenaikan harga produk properti baru (prime) yang ditawarkan kalangan pengembang.

“Untuk produk properti baru yang dipasarkan kalangan pengembang harganya dipastikan akan naik secara gradual tapi itu bukan kenaikan real value dari produknya tapi lebih karena proses tahapan pemasarannya. Produk yang dipasarkan baru berupa gambar dengan telah memulai pembangunan tentu akan berbeda harganya,” ujar Ali.

Strategi Harga Pemasaran

Lebih lanjut Ali menjelaskan bahwa dalam pemasarannya, pengembang akan menjalankan beberapa strategi harga untuk membuat proyek yang dipasarkannya menjadi menarik secara investasi. Contoh strategi tersebut yaitu menghadirkan soft lauching dengan harga properti yang lebih murah. Nah nantinya ketika minat konsumen membeli properti yang terus meningkat membuat harga properti akan ikut naik.

Dari strategi ini maka efek psikologis orang akan muncul karena harus mengejar pembelian di masa soft lauching. Sebab bila mereka membeli setelah soft lauching maka mereka merasa rugi karena harus membayar dengan harga lebih tinggi. Padahal kenyataanya keuntungan yang didapat sebenarnya baru di atas kertas atau belum bisa dirasakan oleh konsumen pertama.

Plus-Minus Harga Soft Lauching

Hara soft lauching dari pengembang ini tentunya memiliki plus-minus karena pengembang membutuhkan dana segar untuk berbagai aktivitas pemasaran proyeknya itu. Di sisi lain pada pemasaran seperti ini juga bisa muncul respon yang kurang baik dari konsumen sehingga pengembang kemudian memutuskan menghentikan pemasarannya. Dari sini maka  konsumen yang telah membeli di awal akan mengalami kerugian minimal dari dana yang sudah dibelanjakannya itu.

Penyebab lain Kenaikan Properti Menjadi Tricky

Selain strategi soft lauching, penyebab lain yang membuat harga properti terkesan naik padahal secara value tidak naik antara lain, jenis material bahan bangunan, strategi pemberian diskon hingga luasan produknya. Hal lain yang bisa menyebabkan harga properti menjadi tricky adalah adanya penambahan fitur maupun luas kaveling atau bangunan. Ini berarti bila dihitung secara meter persegi kaveling maupun bangunan yang dipasarkan harga yang ditawarkan sebenarnya relatif sama. Terakhir, penyebab harga properti menjadi tricky adalah harga yang sama tapi konsumen memperoleh tambahan perangkat elektronik, produk furnitur atau fitur smart home.

Dari semua hal yang bisa terjadi dalam pemasaran properti tersebut maka kita harus selalu cermat untuk memahami apakah harga naik secara real atau hanya permainan diskon maupun tambahan gimmick lainnya.

“Kalau hal-hal seperti ini terus berlangsung bisa menciptakan efek yang kurang baik bagi pasar terlebih bila pengembang menggaungkan produk jualannya sebagai obyek investasi. Sebagai konsumen kita harus tetap jeli dan waspada karena ada banyak trik yang bisa diterapkan walaupun secara umum properti akan mendatangkan capital gain yang baik,” jelas Ali.

 

(Asep Irwan)